Cerpen - Hai, dek Dinda! (1) by PypyMomo

"Din... Kamu itu mbok ya kalau pagi pakai keluar dulu. Jangan di kamar terus," teriak ibuku dari ruang makan. Pasti beliau saat ini sedang menyiapkan sarapan bersama bik Sumi. Aku sendiri sekarang sedang duduk di depan meja kerja di dalam kamarku sambil memandangi laptop yang sedang memproses sebuah data. 

Perkenalkan namaku Dinda. Aku berumur 23 tahun dan baru beberapa bulan yang lalu diwisuda sebagai sarjana ekonomi. Saat ini aku tidak bekerja di perusahaan seperti umumnya lulusan sarjana lainnya. Aku sekarang menjalani pekerjaanku sebagai social media administrator yang biasa dikenal dengan sebutan admin medsos. 

Aku sudah menggeluti pekerjaan ini sejak kuliah tahun ketiga. Awal mulanya aku iseng mengambil kursus tentang instagram marketing yang dilaksanakan secara online. Menurutku semua ilmu takkan sia-sia dan mungkin ilmu instagram marketing akan bermanfaat suatu hari nanti. Minimal untuk mengelola akun instagramku sendiri. 

Dan benar saja saat pertama kali aku menawarkan jasaku untuk mengelola akun instagram milik saudaraku yang merupakan produsen baju anak, dia tidak menolakku. Saudaraku itu malah sangat berterima kasih saat omsetnya naik lima kali lipat di bulan kedua aku mengelola akunnya. 

Sembari merawat akun instagram milik saudaraku itu, akupun membenahi akun instagramku sendiri. Aku membuat akun bisnis dengan dengan fokus sebagai Specialist Instagram and Fanpage Administrator. Saat ini aku ingin fokus pada dua media sosial itu terlebih dahulu, yaitu instagram dan facebook. Menurutku seseorang yang ahli di satu bidang tertentu lebih dihargai daripada seseorang yang bukan ahlinya. 

Dan klien pertama yang datang karena iklan penawaranku adalah seorang importir produk cina. Dia adalah klien yang sampai saat ini tetap mempercayakan pengelolaan akun media sosialnya padaku. 

Tidak menampik bahwa selama berjalannya waktu, beberapa klien ada yang menghentikan kerjasamanya. Alasan mereka rata-rata sama, yaitu mereka ingin all in one service. Mereka ingin aku menangani semuanya mulai dari desain konten, riset tagar atau kata kunci hingga upload dan laporan performa kinerja pengelolaanku. Namun karena waktu itu aku belum mempunyai tim, maka klien-klienku itupun mundur. Hanya beberapa saja yang bertahan dan masih memberi kepercayaan padaku. 

Dan belajar dari pengalaman itu, sekarang aku sudah mempunyai tim yang solid. Tim ini sudah terbentuk dari 1 tahun yang lalu yang terdiri dari 3 orang. Dika di bagian desain konten, Selly di bagian upload konten di semua fitur instagram dan facebook, sedangkan aku sendiri di bagian yang berhubungan dengan klien. Aku mengurusi mengenai pemasaran, konsultasi klien tentang tagar dan kata kunci sekaligus merisetnya, serta membuat dan memberi laporan performa kinerja akun media sosial klien. Jadi intinya akulah orang yang dihubungi oleh klien jika mereka menggunakan jasa kami. 

Kami bertiga bekerja dari rumah kami masing-masing. Hanya koneksi internet-lah yang menghubungkan kami sebagai satu tim. Dan pagi ini seperti beberapa hari yang lalu, aku mulai menyalakan laptopku selepas sholat subuh tadi. Ya, pekerjaanku tak mengenal jam kerja. Aku bisa bekerja hampir 24 jam, namun bisa juga hanya bekerja selama 3 jam saja. Pekerjaan yang fleksibel namun menuntut kesempurnaan di mata klien. 

Aku memulai pekerjaanku pagi saat ayam jago mulai berkokok. Hari ini aku harus menyelesaikan riset tagar untuk konten klienku yang akan di-posting seminggu ke depan. Beruntung aku telah mempunyai software untuk itu sehingga aku tidak perlu terlalu keras berusaha meneliti jutaan tagar dan kata kunci di dunia tak nyata ini. Meski begitu aku tetap harus bisa jeli memilah dan memilih winning hashtag tertarget yang akan aku serahkan pada Selly untuk ditempelkan pada caption kontennya nanti. 

"Din... Keluar dulu, sarapan." Sekali lagi ibu memanggilku agar keluar kamar. 

"Iya, bu. Sebentar." Kulihat software di laptopku masih berjalan memproses data yang kuminta jadi aku memutuskan untuk memenuhi panggilan ibuku.

"Kamu itu mbok ya pakai istirahat sebentar tho, nduk. Berhari-hari kok mulai kerjanya dari pagi buta," tegur bapak akan aktivitasku beberapa hari ini. Beliau sudah duduk di kursi makan bersama ibu dan adikku yang masih SMA. 

"Nanti kalau yang ini sudah kelar, bisa agak longgar kok pak. Klienku yang sekarang kan kebanyakan minta jasa yang premium," ujarku memberi pengertian. 

"Ya sudah. Tapi jangan terlalu banyak begadang. Ingat kesehatan," nasihat bapak. 

"Sudah, sudah. Ayo makan dulu biar nggak kelamaan. Kasihan adikmu sudah mau berangkat sekolah ini," kata ibu mengingatkan. 

Dua jam kemudian aku sudah duduk kembali di depan meja kerjaku dan menyelesaikan daftar tagar untuk 1 klien. Dan karena klien ini mengambil paket jasa premium, dia akan mendapatkan 21 konten selama 1 minggu. 

Ah, capek. Istirahat dulu. Aku menggerakkan ruas-ruas tulang leherku untuk merelaksasinya. Memilah dan memilih winning hashtag tertarget adalah pekerjaan yang menuntut kejelian dan keseriusan. Dan selama proses itu, aku diharuskan berkonsentrasi penuh di depan laptop. 

Sekarang saatnya jeda sejenak dari menatap benda berlayar segiempat itu, meski masih ada 4 klien lagi yang harus kuurusi riset tagarnya. Aku lalu mengambil ponsel yang kuletakkan di samping kiri laptop. Aku memutuskan untuk membuka aplikasi instagram pribadiku dan kulihat ada satu chat yang masuk di sana. 

"Pagi, Dinda. Saya pengen pakai jasa admin medsosnya bisa?" tulis seseorang dengan akun bernama Jack Clothing. 

"Dengan siapa ya ini?" tanyaku heran. Seingatku aku tak pernah mem-posting tentang pekerjaanku sebagai admin medsos di instagram pribadiku. Dan di instagram bisnisku pun tak pernah tercantum jika akulah orang di balik layar akun tersebut. Jadi siapakah gerangan Jack Clothing ini?

"Bisa tebak?" jawab akun Jack Clothing berteka-teki. Aku mulai tak menyukai ini. Aku paling anti dengan orang asing yang sok kenal. Apalagi dia bertanya tentang pekerjaan melalui akun pribadiku. Tidak tepat rasanya. 

"Maaf, bisa disebutkan namanya? Agar saya bisa optimal melayani anda sebagai klien kami." Aku masih berusaha bersopan santun mengingat dia seorang calon klien. 

"Panggil aja Jack," tulis dia. Namun aku tak yakin jika itu adalah nama yang sesungguhnya. 

"Baik kak Jack. Kami ada beberapa paket jasa layanan. Namun alangkah baiknya jika kak Jack langsung chat dengan admin kami di akun ini," tulisku mengarahkan si Jack Clothing agar berhubungan dengan akun instagram bisnisku saja, alih-alih dengan akun pribadi ini. 

"Tapi kalau saya ingin mengenal lebih dekat dengan dek Dinda bisa di sini, kan?" tulis si Jack di kolom chat. Dan itu tulisan yang menyeramkan bagiku. Ya, dunia maya dengan berbagai macam akun yang tertutup kamuflase, sungguh menyeramkan. Banyak berita tentang hal tak menyenangkan yang terjadi karena perkenalan tidak jelas di media sosial. 

Lalu, bagaimana ini?.... (bersambung)

Populer

Novel - Potret Hati (1) by PypyMomo