Cerpen - Hai, dek Dinda! (2) by PypyMomo
"Maaf. Saya sepertinya tidak bisa menerima anda sebagai klien," putusku tanpa basa-basi lagi. Aku tak ingin berurusan dengan akun yang tak jelas seperti itu. Dan aku pun menutup aplikasi instagram yang ada di ponselku.
Sungguh tak habis pikir mengapa ada orang yang iseng dan membuat takut penduduk dunia maya. Mulai sekarang aku harus lebih berhati-hati, tekadku. Baru kali ini aku mengalami kejadian seperti ini meski aku sudah bertahun-tahun terjun dan menjelajah dunia tak kekal di dalam jaringan internet.
Ah, lebih baik sekarang aku melanjutkan saja pekerjaanku yang tertunda. Ucapku dalam hati.
Keesokan harinya saat aku kembali menekuni tugasku di siang hari, aku menemukan chat dari si Jack Clothing di akun instagram bisnisku. Dia kembali menanyakan tentang paket jasa layanan admin medsos milikku.
"Siang, dek Dinda. Bisa minta daftar harga paketnya?"
"Maaf, kak. Saya Maya, admin di sini," tulisku dalam nama samaran.
"Bukan Dinda ya?" tanya si Jack memastikan.
"Bukan, kak," jawabku singkat.
"Beneran nih?" tanya si Jack lagi. Rupanya dia sangsi akan jawabanku.
"Iya, kak. Kalau boleh tahu, kakak ingin menanyakan harga paketan atau cari kak Dinda ya?" tanyaku memastikan niat si Jack.
"Tanya harga, kak Maya. Tolong diberi daftarnya ya. Saya mau ambil jasa layanan di sini," tulis si Jack. Dia rupanya bisa serius juga.
Setelah satu jam kemudian, si Jack menghubungiku lagi di akun instagram bisnisku.
"Halo kak Maya."
"Siang kak Jack. Ada yang bisa saya bantu lagi?"
"Saya coba dulu layanan yang standard ya. Nanti kalau ada hasilnya, akan saya ganti ke yang premium. Bisa ya kak?"
"Bisa, kak," balasku. "Saya jelaskan dulu prosedurnya ya."
Dan akupun segera menjelaskan tentang prosedur order dan cara kerja kami.
"Kalau kakak setuju, segera akan saya kirim surat perjanjiannya melalui email ya kak."
"Iya, kak Maya."
Tak memerlukan waktu yang lama, si Jack memberi kepastian padaku tentang keputusannya. Akupun kemudian mengirim surat perjanjian melalui email dan memeriksa mutasi rekeningku apakah benar si Jack telah membayar uang sesuai perjanjian.
Alhamdulillah, puji syukur aku ucapkan penuh kelegaan. Rupanya si Jack benar-benar serius memakai jasa layanan admin medsosku. Dia bukan sosok berkamuflase yang menyeramkan. Itu pendapatku saat ini.
Namun kelegaanku tak berlangsung lama. Keesokan harinya saat aku membuka akun instagram pribadiku, aku menemukan chat dari si Jack kembali.
"Hai dek Dinda," tulis si Jack, namun aku tak menghiraukannya.
"Dek Dinda... Kenapa cuma dibaca aja? Dibalas dong," tulis si Jack lagi.
"Kenapa, kak? Kalau mau pesan layanan admin medsos bisa langsung ke akun yang saya tunjukkan kemarin ya," balasku.
"Sudah kok dek. Mas sudah pesan dan transfer kemarin."
Tiba-tiba saja perasaanku menjadi takut. Mengapa si Jack semakin tidak jelas dan sok akrab denganku begini? Hingga dia memanggil dirinya dengan sebutan mas dan aku dengan sebutan dek. Aku lantas dengan cepat menutup chat dan aplikasi instagram milikku.
Di sore harinya saat aku telah menyelesaikan semua pekerjaanku hari ini, aku kembali mengintip akun instagram pribadiku. Semoga tidak ada lagi chat dari si Jack yang menyeramkan. Namun aku salah. Ada satu chat yang lebih menyeramkan lagi dan pengirimnya masihlah si Jack.
"Dek, besok minggu mas mau main ke rumahmu ya. Mau ngelamar kamu. Boleh?"
Ya Tuhan... Mengapa ada orang seperti ini? Aku benar-benar ketakutan sekarang. Si Jack mengetahui di mana alamat rumahku?
Aku sengaja tak membalas chat itu. Aku segera menutup semua akses internet yang masuk ke peralatan kerja dan ponselku. Aku gemetaran sekarang dan segera bergelung di dalam selimut di tempat tidur sambil berusaha meredam ketakutanku.
Ya Allah... Lindungilah aku.
Dan alhamdulillah selama tiga hari kemudian tak kutemukan chat dari si Jack yang masuk ke akun instagramku. Aku merasa aman meski terkadang aku masih sedikit was-was jika akan membuka kembali akun instagramku.
"Din, nanti kamu jangan ke mana-mana ya. Tante Ranti sama keluarganya mau ke sini," kata ibu saat aku keluar kamar seusai menjalankan sholat subuh. Hari ini adalah hari minggu dan aku libur dari pekerjaanku.
Tante Ranti merupakan sahabat ibuku. Beliau mempunyai anak laki-laki yang berumur dua tahun di atasku, namanya mas Dimas. Kami sudah mengenal sejak dulu karena ibu dan tante Ranti selalu menjodoh-jodohkan kami. Namun karena mas Dimas yang tampak tak serius menanggapi godaan dari orang tua kami, akupun tak terlalu berharap meski aku menaruh hati padanya. Kami hanya berbicara seperti teman saja jika bertemu. Tak pernah ada kata yang menjurus pada ketertarikan antara dua orang manusia berlainan jenis.
"Iya, bu." Aku gembira dengan kabar ini karena akan bertemu dengan lelaki yang kucintai. Namun kemudian aku tersadar bahwa si Jack mengatakan akan ke rumahku di hari minggu ini. Oh, tidak!
Aku berusaha berpikir positif, berharap agar si Jack yang menakutkan tidak benar-benar ke sini. Aku tak tahu akan menjelaskan apa pada bapak dan ibu tentang klienku yang aneh ini. Apalagi nanti akan ada mas Dimas dan keluarganya yang bertandang kemari.
Ting tung...
"Assalamu'alaikum..."
Kudengar suara tante Ranti memberi salam dan dibalas oleh ibuku. Aku segera merapikan dandananku. Ya, aku sudah bersiap sedari tadi di kamar. Meski tak terlalu banyak riasan yang kuusap di wajahku, namun gaya natural look cukup membuatku nampak segar. Itu pesan ibu di kala aku selesai sarapan tadi pagi dan hendak pergi ke kamar untuk berdandan.
Aku segera keluar dari kamar menuju ruang tamu. Tampak keluarga lengkap tante Ranti di sana. Ada mas Dimas juga. Aku tersenyum sambil menyalami mereka satu per satu. Namun saat aku berada di hadapan mas Dimas, aku melihat sesuatu yang membelalakkan mataku. Sebaris tulisan kecil di saku baju mas Dimas membuat wajahku tiba-tiba memucat. Jack Clothing.
"Kenapa kamu, dek?" tanya mas Dimas santai.
"Itu baju..." Aku tak bisa meneruskan kata-kataku.
"Oooo... Itu baju produksinya Dimas. Sekarang mas Dimasmu ini punya usaha konveksi sendiri. Namanya Jack Clothing," sahut tante Ranti menjelaskan padaku.
"Brand-nya Jack Clothing?" tanyaku tak mengerti dengan situasi ini.
"Iya. Kan diambil dari namanya Dimas. Dimas Zacky Pradana." Penjelasan tante Ranti ini membuatku mematung sembari mengumpulkan pecahan teka-teki selama seminggu ini.
"Jadi kamu yang chat aku di instagram, mas?" tuduhku pada mas Dimas yang tersenyum cengengesan.
"Iya. Dan ini aku kemari mau lamar kamu seperti chat-ku terakhir kemarin," ucap mas Dimas yang masih tersenyum di hadapanku.
Eh?
Terus terang aku syok mendengar kata-kata mas Dimas. Tidak di dunia maya maupun nyata, mengapa dia selalu membuatku gemetaran? Namun kalau boleh memilih, aku lebih memilih gemetaran yang di dunia nyata saat ini karena sekarang aku bergetar bahagia.
Ya, aku bahagia mas Dimas. ~ Tamat ~